Countdown
Juni 2024 – Pertemuan
Segalanya bermula dari sebuah pertemuan yang tak disangka, di tanggal 5 Juni 2024, dikenalkan oleh seorang sahabat. Tak ada janji manis, tak pula harapan besar—hanya dua jiwa yang mencoba memahami arah, meski tanpa arah pasti. Lantas, kami pun memilih untuk membiarkan semuanya mengalir, seraya saling mengenal, dan perlahan menyatu dalam cerita yang tak kami rencanakan.
September 2024 – Jeda
Di awal September, Kami memutuskan untuk memberi jeda. Terlalu banyak drama yang melukai, hingga benih-benih cinta terasa berubah menjadi racun. Hubungan ini perlahan menjadi Toxic, dan kami pun memilih untuk berpisah, walau berat, demi menyelamatkan diri masing-masing dari luka yang lebih dalam.
Oktober 2024 – Kembali Bertemu
Setelah badai yang panjang, takdir kembali mempertemukan kami. Meski ada rasa takut, perlahan hati ini kembali terbuka. Setelah saling menjauh selama sebulan, kami pun menyadari bahwa kehilangan justru menjadi cermin dari arti kehadiran. Dari situ, kami kembali, membawa harapan dan pelajaran dari luka-luka lama.
Desember 2024 – Pertunangan
Setelah melewati berbagai ujian, kami tiba di satu titik: lelah bukan karena cinta, tetapi karena rindu yang tak pernah usai. Kami saling memahami, saling menguatkan, dan akhirnya memutuskan untuk melangkah ke jenjang yang lebih sakral. Pada tanggal 8 Desember 2024, kami mengikat janji dalam pertunangan, bukan karena sempurna, tapi karena kami memilih untuk saling melengkapi, dalam segala kurang dan lebih masing-masing.
Setelah Lamaran
Setelah menjalani kisah panjang pertunangan, kami—dua jiwa yang dipertemukan takdir—akhirnya memutuskan untuk melangkah lebih jauh, menyatukan dua hati dalam ikatan suci pernikahan di tahun 2026.
Februari 2025
Kedua orang tua kami, setelah menimbang berbagai pertimbangan dengan hati-hati, akhirnya sepakat bahwa tahun ini adalah waktu yang tepat untuk melepas putra-putri mereka ke pelaminan. Bulan Juni pun dipilih sebagai saksi niat suci itu.
Maret 2025
Setelah hadirnya rencana untuk menikah, entah mengapa justru semangat dalam diri kami perlahan memudar. Ada kegamangan yang sulit dijelaskan. Di saat seharusnya bahagia menanti hari besar, kami malah larut dalam keriangan bersama teman-teman, tertawa, bermain, seolah menunda kenyataan.
Di satu sisi, ada hasrat untuk terus melangkah, tapi di sisi lain hati ini bimbang—seperti mendayung di dua arus yang berlawanan. Ada keraguan yang belum juga selesai. Sementara rencana pernikahan terus disusun, di dalam hati masih tersimpan tanya: benarkah ini yang kami inginkan?
Kami pun kerap berselisih, pertengkaran menjadi warna harian kami. Ketegangan tak bisa disembunyikan. Hingga pada akhirnya, dalam letih yang mendalam, kami berdua bersujud dan meminta petunjuk kepada Sang Pemilik Jawaban.
Dengan izin Allah, kami mantap melanjutkan perjalanan ini ke jenjang pernikahan. Dan tanggal 29 Juni 2025 ditetapkan sebagai hari kami mengikat janji dalam nama cinta.
Menikah
Pernikahan bukanlah karena kami bertemu lalu berjodoh, tetapi karena berjodohlah maka kami dipertemukan. Dalam pertemuan itu, meski tak lepas dari badai dan drama, kami percaya bahwa cinta sejati bukanlah yang semulus kisah dalam layar kaca. Ia adalah perjalanan yang nyata—dengan liku, luka, dan doa yang tak pernah putus.