Dalam sunyi ruang maya, Hafiz mengetuk lewat sebaris pesan. Langkah kecil yang membuka gerbang kisah tak terencana. Percakapan pun tumbuh jadi cerita, cerita menjelma rasa, rasa yang perlahan menemukan rumahnya.
Setelah lima bulan saling menyelami, kami memilih untuk tidak hanya dekat, tapi hadir. Hubungan ini bukan sekadar status, melainkan ruang nyaman untuk saling belajar mencinta, tanpa harus selalu sempurna.
Bukan lagi tentang jatuh cinta, tapi tentang merawatnya. Kami mengikat harap, bukan janji manis, tapi niat tulus: melangkah bersama, dalam gelap maupun terang.
Hafiz datang, membawa restu, membawa niat. Dalam suasana yang syahdu, dua keluarga bertemu, dan satu doa terucap: semoga cinta ini menjadi ibadah yang panjang.
Karena berjodohlah kami bertemu, bukan karena bertemu lalu berjodoh. Kini kami menapaki hari yang suci, dengan cinta yang telah dewasa, dengan ridha Allah dan restu orang tua, kami mengikat janji, dalam ikatan yang halal, tenang, dan penuh berkah. Bukan tentang siapa yang datang lebih dulu, tapi siapa yang Allah tetapkan untuk tinggal selamanya.